Prose 2, Week 2
Hawe Setiawan
APA itu esai (essay)?
Istilahnya sih populer. Di kampus, istilah ini populer banget, malah. Dosen paling suka deh memberikan tugas menulis esai, tapi mahasiswa sering bingung dibuatnya. Bingung dengan apa yang mesti dituliskan, bingung pula dengan bagaimana caranya menulis. Itu sih sudah pasti. Yang tak kurang membingungkannya, itu dia: apa sih sebetulnya yang dimaksud dengan esai? Istilahnya memang populer, tapi artinya tak mudah ditangkap, kayak selebritis yang sombong.
Memang, tidak perlu kita memperumit diri sendiri dengan definisi, apalagi definisi tentang sesuatu yang sudah kita kenal baik. Tak bisa membuat definisi belum tentu berarti tak kenal pada barang yang harus didefinisikan. Lagi pula, hari gini ngurus definisi. Capek deh. Bayangkan, sukar banget kalau kita harus mendefinisikan apa yang dimaksud dengan daun, misalnya. Tiap-tiap orang di antara kita pasti punya definisi sendiri, dan satu sama lain boleh jadi tidak kompak. Tapi itu tidak berarti kita tidak kenal daun, kan?
Sayangnya, esai tidak seperti daun. Setidaknya, buat teman-teman yang belum terbiasa menulis, atau belum begitu suka membaca (masak sih?), apa yang disebut esai boleh jadi masih seperti hantu atau jin. Terasa ada, terlihat tidak. Kayak apa sih barangnya? Nah, itu sebabnya, itung-itung pemanasan sebelum kita sama-sama berlatih menulis esai, kita cari tahu dulu yuk, apa sih yang biasanya dipikirkan orang tentang esai.
Ke mana mencari definisi? Yang paling mudah, tentu saja, ke dalam kamus istilah. Karena kamus istilah sastra banyak banget, kita ambil saja salah satu di antaranya yang menurut kita kayaknya cukup representatif. Ayo, cari sana, di perpustakaan?
“Nggak ada, Pak. Skripsi melulu.”
Ya, sudah. Di tempat saya kebetulan ada A Glossary of Literary Terms susunan M.H. Abrams (Edisi Ketujuh, Heinle & Heinle, 1999). Eh, ngomong-ngomong, sering dengar nama Abrams, kan?
“Baru denger, Pak. Siapa sih?”
Waduh, untung Pak Teeuw tinggal jauh di Belanda, sudah sepuh pula. Untung Pak Pradopo menemani Mbak Sri di Yogyakarta. Coba, kalau Bapak-Bapak itu tahu bahwa teman-teman baru dengar nama Abrams, wah, bisa berabe nih.
“Udah, Pak. Jangan nakut-nakutin. Terangin aja.”
Begini. Setahu saya, Kakek Abrams itu salah seorang ahli sastra yang dulu mengajar di Cornell University, Amerika Serikat. Salah satu bukunya yang tersohor berjudul The Mirror and the Lamp (1953). Buku Glossary itu tadi pertama kali terbit pada 1957. Memang jadul banget sih, tapi sampai sekarang kayaknya itu Glossary masih sering dijadikan rujukan. Buktinya, buku itu terus dicetak ulang (tentu saja, dengan penambahan serangkaian entri baru dari tim penulis yang menanganinya). Nah, dalam urusan esai, kita merujuk ke situ saja, ya.
“[Esai adalah] segala karangan singkat dalam bentuk prosa yang dibuat untuk membahas suatu masalah, mengungkapkan suatu sudut pandang, meyakinkan kita agar menerima suatu tesis mengenai pokok bahasan apa saja, atau sekadar menghibur. Esai berbeda dengan ‘risalah’ atau ‘disertasi’ dalam arti tidak begitu dimaksudkan untuk menjadi pemaparan yang sistematis dan lengkap, dan lebih cenderung ditujukan kepada khalayak umum daripada kalangan terbatas; sebagai konsekuensinya, esai membahas masalahnya dengan cara nonteknis, dan seringkali secara leluasa menggunakan berbagai perangkat karangan seperti anekdot, ilustrasi mencolok, dan humor untuk menambah daya tariknya,” begitu antara lain yang diterangkan dalam Glossary (hal. 82).
[to be continued]
Monday, 23 February 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment